kemasjid.net - Manfaat ke 3 dari 40 Manfaat shalat berjamaah adalah Mendapat tazkiyah dan Anugerah Besar dari Allah. Shalat berjamaah menjadi sebab-sebab kita untuk berdzikir (mengingat Allah) dan bertasbih kepada-Nya di masjid-masjid.
Tahukah sobat? Allah memuji hamba-hamba-Nya yang mengingatnya dan memujinya sekaligus menjuluki mereka sebagai rijal (orang-orang gentleman). Mereka adalah orang-orang yang tidak lalai karena bisnis dan perdagangan mereka dari mengingat Allah, mendirikan shalat dan menunaikan zakat. Allah juga bersaksi terhadap keimanan dan rasa takut mereka kepada-Nya. Selanjutnya Allah menjelaskan bahwa mereka adalah orang – orang yang diterima kebaikannya, diampuni segala kesalahan dan dosa – dosa mereka, disamping anugerah – anugerah lain yang diberikan Allah kepada mereka selain pahala (Lihat Tafsir Ibnu Katsir, 3/323; Tafsir al Qurtubi, 12/264).
Allah berfirman,
فِي بُيُوتٍ أَذِنَ اللَّهُ أَنْ تُرْفَعَ وَيُذْكَرَ فِيهَا اسْمُهُ يُسَبِّحُ لَهُ فِيهَا بِالْغُدُوِّ وَالْآَصَالِ (36) رِجَالٌ لَا تُلْهِيهِمْ تِجَارَةٌ وَلَا بَيْعٌ عَنْ ذِكْرِ اللَّهِ وَإِقَامِ الصَّلَاةِ وَإِيتَاءِ الزَّكَاةِ يَخَافُونَ يَوْمًا تَتَقَلَّبُ فِيهِ الْقُلُوبُ وَالْأَبْصَارُ (37) لِيَجْزِيَهُمُ اللَّهُ أَحْسَنَ مَا عَمِلُوا وَيَزِيدَهُمْ مِنْ فَضْلِهِ وَاللَّهُ يَرْزُقُ مَنْ يَشَاءُ بِغَيْرِ حِسَابٍ (38)
Artinya,
“Bertasbih kepada Allah di masjid-masjid yang telah diperintahkan untuk dimuliakan dan disebut nama-Nya di dalamnya, pada waktu pagi dan petang, laki-laki yang tidak dilalaikan oleh perniagaan dan tidak pula oleh jual beli dari mengingat Allah, dan dari membayar zakat. Mereka takut kepada suatu hari yang (di hari itu) hati dan penglihatan menjadi goncang. Mereka mengerjakan yang demikian itu supaya Allah memberi balasan kepada mereka dengan balasan yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan, dan supaya Allah menambah karunian-Nya kepada mereka. Dan Allah memberi rizki kepada siapa yang dikehendaki-Nya tanpa batas”
Ringkasan Tafsir Ibnu Katsir Q.S. An-Nur : 36 – 38
Dalam tafsir Ibnu Katsir dijelaskan bahwa masjid – masjid merupakan bagian dari kawasan bumi yang aling disukai oleh Allah Shubhanallahu Wata’ala yang merupakan rumah – rumah Allah yang didalamnya Dia disembah dan diesakan.
فِي بُيُوتٍ أَذِنَ اللَّهُ أَنْ تُرْفَعَ
Di dalam masjid-masjid yang telah diperintahkan untuk dimuliakan. (An-Nur: 36)
Menurut Abu Talhah, Dari ayat diatas dijelaskan Allah memerintahkan agar masjid – masjid dirawat dan dibersihkan dari kotoran, dari omongan yang tidak ada gunanya, juga semua perbuatab yang tidak layak bagi kesuciannya. Ibnu Abbas memaknai ayat ini Allah melarang dilakukan percakapan yang tidak ada gunanya di dalam masjid – masjid.
Adapun firman Allah:
وَيُذْكَرَ فِيهَا اسْمُهُ
dan disebut nama-Nya di dalamnya. (An-Nur: 36) Ibnu Abbas mengatakan, makna yang dimaksud ialah dibaca kitabnya (Al-Qur'an) di dalamnya.
يُسَبِّحُ لَهُ فِيهَا بِالْغُدُوِّ وَالآصَالِ
bertasbih kepada Allah di dalam masjid-masjid itu, pada waktu pagi dan waktu petang. (An-Nur: 36)
Sa'id ibnu Jubair meriwayatkan dari Ibnu Abbas, bahwa setiap lafazh tasbih yang terdapat di dalam Al-Qur'an bermakna salat. Ali ibnu Abu Talhah telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas, al-guduwwi berarti salat subuh, dan yang dimaksud dengan a sal ialah salat ashar. Kedua salat ini merupakan salat yang mula-mula difardukan oleh Allah Shubhanallahu wata’ala dan Allah suka menyebutkan kedua shalat ini dan menceritakan keutamaan keduanya kepada hamba-hamba-Nya.
Adapun mengenai firman-Nya:
رِجَالٌ لَا تُلْهِيهِمْ تِجَارَةٌ وَلا بَيْعٌ عَنْ ذِكْرِ اللَّهِ
laki-laki yang tidak dilalaikan oleh perniagaan dan tidak (pula) oleh jual beli dari mengingati Allah. (An-Nur: 37)
Rijalun yang artinya laki – laki, peneyebutan ini memiliki pengertian yang mengisyaratkan kepada tugas mereka yang luhur dan niat serta tekad yang tinggi, yang dengan itu mereka menjadi pemakmur masjid – masjid (rumah – rumah Allah di bumi-Nya), sebagai tempat beribadah, bersyukur, kepada-Nya, mengesakan dan menyucikan-Nya.
Allah berfirman bahwa tidak dapat menyibukkan mereka dunia dan kegemerlapannya serta perhiasannya, juga kesenangan melakukan jual beli, dari mengingati Tuhan mereka Yang telah menciptakan mereka dan Yang memberi mereka rezeki. Mereka mengetahui bahwa pahala yang ada di sisi Allah lebih baik dan lebih bermanfaat bagi mereka daripada harta benda yang ada di tangan mereka; karena harta benda yang ada pada mereka pasti habis, sedangkan pahala yang ada di sisi Allah kekal. Karena itulah disebutkan oleh firman-Nya:
لَا تُلْهِيهِمْ تِجَارَةٌ وَلا بَيْعٌ عَنْ ذِكْرِ اللَّهِ وَإِقَامِ الصَّلاةِ وَإِيتَاءِ الزَّكَاةِ
yang tidak dilalaikan oleh perniagaan dan tidak (pula) oleh jual beli dari mengingat Allah, dan (dari) mendirikan salat, dan (dari) membayarkan zakat. (An-Nur: 37)
Hasyim meriwayatkan dari Syaiban, bercerita sebuah hadits dari Ibnu Mas’ud, bahwa ia melihat suatu kaum dari kalangan ahli pasar saat dikumandangkan seruan untuk menunaikan salat fardu. Maka mereka meninggalkan jual beli mereka, lalu bangkit menuju tempat salat untuk menunaikan salat. Maka Abdullah ibnu Mas'ud berkata bahwa mereka termasuk orang-orang yang disebutkan oleh Allah melalui firman-Nya: laki-laki yang tidak dilalaikan oleh perniagaan dan tidak (pula) oleh jual beli dari mengingati Allah. (An-Nur: 37), hingga akhir ayat.
Ali ibnu Abu Talhah meriwayatkan dari Ibnu Abbas memaknai firman-Nya:laki-laki yang tidak dilalaikan oleh perniagaan dan tidak (pula) oleh jual beli dari mengingati Allah. (An-Nur: 37) Yakni dari mengerjakan salat fardu.
Firman Allah:
يَخَافُونَ يَوْمًا تَتَقَلَّبُ فِيهِ الْقُلُوبُ وَالأبْصَارُ
Mereka takut kepada suatu hari yang (di hari itu) hati dan penglihatan menjadi guncang. (An-Nur: 37)
Yaitu hari kiamat, yang di hari itu semua hati dan penglihatan guncang karena kedahsyatannya yang sangat dan kengerian-kengerian yang terjadi padanya.
Dan firman Allah dalam surat ini:
لِيَجْزِيَهُمُ اللَّهُ أَحْسَنَ مَا عَمِلُوا
supaya Allah memberi balasan kepada mereka (dengan balasan) yang lebih baik daripada yang telah mereka kerjakan. (An-Nur: 38)
Yakni mereka termasuk orang-orang yang diterima amal kebaikannya dan dimaafkan kesalahan dan keburukannya.
Firman Allah:
وَيَزِيدُهُمْ مِنْ فَضْلِهِ
dan supaya Allah menambah karunia-Nya kepada mereka. (An-Nur: 38)
Artinya, Allah menerima dengan baik amal kebaikan mereka dan melipatgandakan pahalanya.
Dan dalam ayat berikut ini disebutkan oleh firman-Nya:
وَاللَّهُ يَرْزُقُ مَنْ يَشَاءُ بِغَيْرِ حِسَابٍ
Dan Allah memberi rezeki kepada siapa yang dikehendaki-Nya tanpa batas. (An-Nur: 38)
Diriwayatkan dari Ibnu Mas'ud, bahwa disuguhkan kepadanya minuman susu laban, lalu ia menawarkannya kepada teman-teman sekedudukannya seorang demi seorang. Ternyata mereka semua tidak mau meminumnya karena mereka sedang berpuasa. Untuk itu maka Ibnu Mas'ud mengambil wadah susu itu dan meminumnya karena dia sedang tidak puasa, kemudian ia membaca firman-Nya: Mereka takut kepada suatu hari yang (di hari itu) hati dan penglihatan menjadi guncang. (An-Nur: 37)
Imam Nasai dan Imam Ibnu Abu Hatim meriwayatkannya melalui hadis Al-A'masy, dari Ibrahim, dari Alqamah, dari Ibnu Mas'ud.
Ibnu Abu Hatim mengatakan pula, telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Suwaid ibnu Sa'id, telah menceritakan kepada kami Ali ibnu Misar, dari Abdur Rahman ibnu Ishaq, dari Syahr ibnu Hausyab, dari Asma binti Yazid ibnus Sakan yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda: Apabila Allah menghimpunkan orang-orang yang pertama dan orang-orang yang kemudian di hari kiamat, maka datanglah juru penyeru yang mengumandangkan seruannya dengan suara yang dapat terdengar oleh semua makhluk, maka semua makhluk yang ada di padang mahsyar itu mengetahui siapakah yang mendapat kehormatan, "Berdirilah orang-orang yang tidak dilalaikan oleh perniagaan dan jual belinya dari mengingati Allah!" Maka berdirilah mereka, sedangkan jumlah mereka sedikit. Kemudian semua makhluk menjalani hisab.
source :ibnukatsironline.blogspot.co.id
0 komentar
Posting Komentar